Satar Tesem merupakan salah satu nama desa dari Kabupaten Manggarai Timur, Kecamatan Pocoranaka, Profinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak diujung Barat perbatasan antara Kabupaten Manggarai Timur dan Manggarai Tengah. Desa ini cukup misterius karena diapit beberapa aliran sungai serta letaknya berada pada lereng gunung.
Seperti dari bagian Timur Selatan dibatasi sungai atau kali wae Kembung, dan untuk dibagian Barat Utara dibatasi sungai atau kali wae Reno.
Dibawa kepemimpinana Bpk.Hendrikus Bagung, desa ini cukup mengalami perubahan secara signifikan, diantaranya masuknya akses jalan raya dikampung dan ada beberapa perubahaan lainya yang penulis tidak menyebutkan satu-persatu. Adapun fasilitas umum sebagai penunjang antra lain:, SD-SMP, Gereja dan lapangan bola kaki maupun bola foli.
Penduduk di desa ini rata-rata 90% adalah sebagai petani. Desa yang terdiri dari berbagai banyak suku ini merupakan bentuk kesatuan dan persatuan dalam ikatan pertalian persaudaraan yang konon katanya desa ini hanya satu garis keturunan dari para leluhur yang sering disebut sekarang suku atau wa'u, menurut kepercayaan masyarakat setempat, suku atau wa'u yang pertama kali berdiam disini adalah suku Wesang (wa'u wesang).
Untuk saat ini penulis masih dalam mengkaji dan menganalisis bagaimana perkembangaan selanjutnya mengenai sisila keturun dari Suku Wesang hingga sekarang berbagai banyak aliran suku yang mendiami desa ini. Penulis juga tidak mempunyai refrensi yang kuat mengenai sesjarah kehidupan awal mula penduduk desa ini hingga sampai sekarang diberikan nama Desa Satar Tesem.
Disini penulis hanya menganalisis secara obyektif berdasarkan pengamatan pribadi dalam perspektif kehidupan cultural dalam membentuk seluruh realitas kehidupan bermasyarakat di Desa Satar Tesem. Ada beberapa elemen-elemen dasar yang perlu dipahami agar realitas cultur kehidupan bermasyarakat tetap dalam bingkai persaudaraan, persatuan dan tetap dalam kekeluargaan antra lain:,Eksistensi, Kesadaraan dan Relasi.
1. Eksistensi
Eksistensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) yaitu:, keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Dari pengertian ini tentu desa Satar Tesem mempunyai eksistensi tersendiri yang harus dirawat dan dikelola agar tidak mudah luntur eksistensi itu tidak lain dan tidak bukan adalah tentang nilai kehidupan kultur atau budaya setempat yang telah diwariskan dari para leluhur. contoh budaya lonto leok (berkumpul), lejong (bertamu), dodo (gotong royong) dan lain sebagainya yang punya nilai kehidupan budaya dan regius. ketika sadar akan hal ini maka sesungguhnya hal seperti ini yang harus dibudidayakan atau tetap dilestarikan sehingga kedamain tercipta selalu hingga akhir hayat.
2. Kesadaraan
Kesadaraan menurut KBBI yaitu:,Keadaan yang mengerti dan hal yang dirasakan yang dialami oleh seseorang. Secara harafiah kesadaran sama artinya dengan mawas diri. Kesadaraan juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus ekstrenal.
Kesadaran ini tentu sangat esensial yang harus disadari oleh masyarakat akan pentingnya nilai-nilai kehidupan kultur, keagamaan, politik maupun dalam berdemokrasi. Implikasi-implikasi dari kesadaraan ini seperti kemampuan mempresepsi, berinteraksi serta berkomunikasi dengan lingkungan maupun dengan orang, tanpa harus memandang status kedudukan, suku dan agama. Manalah mungkin nilai kehidupan itu hadir pada tingkat ideologis dan cultur terlaksana jika kesadaraan berupaya untuk menghadirkannya tampa merekat berbagai etnisitas dan sarat dengan rasa dendam.
Desa Satar Tesem yang merupakan sekelompok anggota atau individu yang hidup didalamnya berdasarkan eksistensi-eksistensi ras dan golongan yang selalu hidup berdampingan. Kesadaraan ini sebagai aspek nilai kehidupan cultur yang sangat fundemental sehingga terhindar dari gesekan-gesekan sosial. Disis lain kesadaraan akan jurang kesenjangan perlu diminimalisisr agar tidak terlalu curam sehingga dapat menimbulkan kecemburuan soaial yang pada akhirnya membawa kerawanan sosial.
Ketika mengingat kembali momentum pemilihan kepala desa pada tahun 2019 yang lalu, yang menorehkan pengalaman yang kelam, tapi itulah realitas kehidupan yang tidak terpungkiri bahwa kenyataanya dalam pesta demokrsai dan dalam dunia politik harus menelan pill pahit. Terkadang kita tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya itu adalah hal yang biasa didunia perpolitikan ada yang pro dan ada yang kontra. Pada hakekatnya arah politik itu pasti saja selalu berbeda, demikian juga cara mengaktualisiskannya, spirit demokrasi tidak mungkin juga sama. Lantas apakah dengan perbedaan paradigma berpikir seperti itu menjadi alasan untuk mengubur semangat persatuan, persaudaraan serta nilai-nilai cultur dalam kehidupan?. Tentu tidak. Kita harus sadar dalam koridor politik yang sehat tetaplah sadar akan pentingnya rasa kesatuan dan persautan, rasa persaudaraan dan kekelurgaan serta pentinnya akan nilai kultur kehidupan, karena sejatinya rasa persatuan,persaudaraan,kekelurgaan merupakan esensi sekaligus tujuan akhir hidup kita.
Negara kita adalah negara demokrasi, tentu kita harus menyadari bahwa dengan berdemokrasi kita percaya dapat menjadi alat untuk merengkuh persatuan dan persaudaraan melalui cara pandang yang berbeda, dari cara pandang yang berbeda pasti melahirkan gagasan-gagasan yang produktif yang pada intinya kita sadar akan nilai kehidupan cultur atau budaya yang saling"menghormati". Kita sadar kita lahir dalam rahim budaya yang sarat dengan makna yang selalu tuang pada ungkapan bahasa manggarai (go'et Manggarai), "nai ca'a anggi tuka ca'a leleng" yang artinya bersatu pada pikiran bersatu pada tubuh.
Ungkapan ini sebagai bentuk kesan moral yang sarat dengan makna tindakan atau sikap yang harus diteladani dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini tidak telepas dari kesadaraan kita, bagaimana relasi kita terhadap cara pandang yang rasiona kepada sesama untuk menghayati akan pentingnya nilai kehidupan cultural yang berbasis pada cara pergaulan kita untuk mengendepankan rasa persaudaraan bukan kekerasan apalagi pengaruh permainan politik busuk.
3. Relasi
Relasi dalam KBBI, yaitu:,Hubungan,perhubungan,pertalian.
Relasi antara satu dengan yang lain yang mempunyai ideologi yang sama untuk menjaga kesatauan dalam merajut rasa persaudaraan pada konsep kehidupan cultural sangatlah penting, karen itu tentu membutuhkan berbagai upaya dialog,bermusyawarah dan berdiskusi yang sehat agar kegelapan tidak menyediakan kunang-kunang sebagai penuntun jalan.
Menjadi desa yang bersatu tentu harus ada relasi yang kuat tampa adanya tembok pemisah sehingga tetap terpelihara nilai-nilai kehidupan cultur yang harmonis,aman dan tentram, dengan menjunjung tinggi semangat kegotongroyongan, membangun rasa keadilan dengan dilandasi prinsip-prinsip kehidupan kultural "teu ca'a ambo neka woleng lako, muku ca'a pu'u neka woleng curup" yang lebih partisipatif dan nondiskriminatif.
Dalam memperkuat prinsip kehidupan cultural atau hidup dalam budaya yang sarat dengan makna kebersamaan,persaudaraan dan kekeluargaan itu tidak terlepas dari beberapa elemen yang penulis telah bahaskan yaitu eksistensi, kesadaraan dan relasi merupakan sebagai aset yang paling berharga yang semestinya harus diaktualisasikan dan tidak mengarah pada sistem feodalisme dan kapitalisme yang sempit dan tertutup. Tabe.
Salam Hormat
Makassar 22 mei 2020
Andy Agung